Tokoh-tokoh yang Berjuang Melawan Belanda

Tokoh-tokoh yang Berjuang Melawan Belanda - Selama masa penjajahan Belanda di Indonesia, rakyat Indonesia tidak tinggal diam. Rakyat Indonesia pada masa itu melakukan perlawanan dengan dipimpin oleh para pejuang yang gagah berani. Namun, perjuangan rakyat Indonesia pada masa itu masih bersifat kedaerahan. Beberapa tokoh yang memimpin perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah antara lain Pattimura, Tuanku Imam Bonjol, Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Sisingamangaraja XII, dan Teuku Umar.

a. Pattimura

Pattimura adalah seorang pejuang dari Maluku. Nama aslinya adalah Thomas Matulessy. Namun, beliau dikenal dengan nama Kapitan Pattimura. Beliau adalah seorang mantan sersan mayor pada dinas militer Inggris. Pengalamannya dalam medan pertempuran beliau gunakan untuk memimpin rakyat Maluku untuk melawan penjajah Belanda. Perlawanan tersebut dilakukan karena Pattimura tidak rela melihat rakyat Maluku yang mengalami penindasan. Belanda telah bertindak sewenang-wenang pada rakyat Maluku. Belanda bahkan membuat Benteng Duurstede di kota Saparua.
Pattimura adalah seorang pejuang dari Maluku
Pattimura adalah seorang pejuang dari Maluku
Kapitan Pattimura memimpin perjuangan rakyat melawan Belanda di Maluku pada 1817. Di bawah pimpinan Pattimura rakyat Maluku berhasil merebut Benteng Duurstede dalam waktu dua hari. Bahkan, mereka berhasil membunuh hampir semua penghuninya termasuk Residen Van den Berg. Pertempuran demi pertempuran terus berkobar dan kemenangan terus diraih oleh pasukan Pattimura. Untuk menghadapi perlawanan Pattimura, Belanda menggunakan taktik  devide et impera (memecah belah). Belanda memperalat Raja Booi untuk mengetahui tempat persembunyian Pattimura. Dengan taktik tersebut, Pattimura berhasil ditangkap dan dihukum mati pada 16 Desember 1817.

b. Tuanku Imam Bonjol

Tuanku Imam Bonjol merupakan pejuang yang berasal dari Sumatra Barat. Nama aslinya yaitu Peto Syarif. Nama Bonjol diambil dari sebuah nama desa di daerah Sumatra Barat. Beliau memimpin Kaum Paderi berjuang untuk memurnikan ajaran Islam dari penyimpangan dan melawan penjajah belanda. Tuanku Imam Bonjol memimpin rakyat Sumatra Barat untuk melawan Belanda karena beliau melihat Belanda telah bertindak sewenang-wenang. Belanda telah memperlakukan rakyat Sumatra Barat dengan seenaknya. Belanda bahkan melakukan politik adu domba dengan mendekati kaum Adat yang dianggap bisa diajak bekerja sama. Belanda menganggap Kaum Paderi di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol dapat membahayakan kedudukan Belanda. Perang antara kaum paderi dengan Belanda disebut perang paderi yang berlangsung tahun 1821-1827.

Setelah perang diponegoro berakhir, seluruh tentara Belanda dikerahkan ke Sumatra Barat untuk bertempur dengan pasukan Tuanku Imam Bonjol. Pada pertempuran tersebut, Belanda berhasil  merebut daerah Bonjol. Melihat hal tersebut, Kaum Paderi dan Kaum Adat menyadari pentingnya persatuan. Mereka pun bersatu untuk melawan Belanda. Perlawanan kaum Paderi dan kaum Adat, membuat Belanda kewalahan. Kaum Paderi berhasil merebut kembali daerah Bonjol.

Pada 28 Maret 1830, Belanda mengajak Pangeran diponegoro untuk melakukan perundingan.di Magelang. Namun, hal tersebut hanya merupakan taktik Belanda untuk menangkap Pangeran Diponegoro. Beliau ditangkap dan diasingkan ke Manado. Kemudian, beliau dipindahkan ke Makasar dan meninggal dunia di sana pada 8 Januari 1855.

Pada 28 Oktober 1837, Tuanku Imam Bonjol memenuhi undangan Residen Francis untuk berunding di Palupuh. Namun perundingan tersebut hanya jebakan yang dibuat oleh pihak Belanda. Tuanku Imam Bonjol ditangkap dan diasingkan ke Cianjur, Jawa Barat. Kemudian, beliau dipindahkan ke Ambon dan selanjutnya ke Manado. Beliau wafat di Manado pada 6 November 1864.

c. Pangeran Diponegoro

Pangeran Diponegoro merupakan seorang pejuang dari Jawa Tengah. Nama asli beliau adalah Raden Mas Antawirya. Beliau merupakan putra Sultan Hamengkubuwono III. Sudah sejak lama Pangeran Diponegoro merasa geram melihat sikap Belanda yang merendahkan martabat raja-raja di Jawa. Belanda juga merampas tanah perkebunan milik rakyat. Namun, beliau lebih geram lagi melihat kehidupan para bangsawan Mataram yang telah menjadi kaki tangan Belanda. Pangeran Diponegoro juga marah karena melihat budaya barat yang menyebabkan kemerosotan akhlak masyarakat Jawa. Kemarahan Pangeran Diponegoro semakin memuncak ketika Belanda hendak membangun jalan baru dari Yogyakarta ke Magelang melalui Tegalrejo, terlebih lagi jalan ini melalui tanah dan makam leluhur Pangeran Diponegoro.

Akhirnya pada 1825, pecahlah Perang Diponegoro. Perang ini berlangsung selama 5 tahun, yaitu sejak 1825 sampai 1830. Dalam peperangan tersebut, beliau dibantu oleh Pangeran Mangkubumi, Sentot Alibasyah, dan Kyai Mojo.

d. Pangeran Antasari

Pangeran Antasari merupakan seorang pejuang dari Kalimantan Selatan. Beliau merupakan keturunan kesultanan Banjarmasin. Beliau sangat membenci Belanda yang menerapkan politik adu domba. Hal tersebut terlihat pada saat terjadinya pengangkatan sultan baru. Pada saat itu di Kerajaan Banjar sedang terjadi perselisihan antara Sultan Tamjidillah III dan Pangeran Hidayat. Atas campur tangan Belanda, terpilihlah Sultan Tamjidillah III sebagai sultan Banjar.

Sebenarnya, Pangeran Hidayatlah yang lebih berhak untuk menjadi sultan Banjar. Pangeran Antasari kemudian mempersiapkan pasukan untuk melakukan perlawanan pada Belanda. Beliau menghubungi setiap kepala daerah di Kalimantan Selatan seperti Martapura, Barito, Kapuas, Kahayan, dan Pleihari.

Setelah semua persiapan selesai dilakukan, Pangeran Antasari memimpin pasukannya untuk menyerang Belanda sehingga terjadilah perang Banjar pada 18 April 1859. Dalam peperangan tersebut pihak Belanda berada dalam keadaan terdesak. Mereka kemudian mengajak Pangeran Antasari untuk melakukan perundingan. Namun, ajakan tersebut ditolak oleh Pangeran Antasari. Pangeran Antasari dengan bantuan Pangeran Hidayat membuat rencana untuk menyerang Belanda dengan jumlah  pasukan yang lebih besar. Namun, Pangeran Antasari meninggal karena penyakit cacar sebelum dapat menjalankan rencana tersebut. Beliau meninggal pada 11 Oktober 1862 di Bayan Bebek.

e. Sisingamangaraja XII

Sisingamangaraja XII merupakan seorang pejuang yang berasal dari Tapanuli, Sumatera Utara. Beliau lahir di Bakara pada 1849. Beliau memimpin rakyat Tapanuli untuk melawan Belanda. Belanda menyerang Tapanuli pada 1878. Namun, serangan ini dapat dipatahkan oleh rakyat Tapanuli. Pada 1889, pertempuran kembali berkobar dan Sisingamangaraja XII beserta pengikutnya bersikap bertahan. Akhirnya pada 1904, Belanda kembali menyerang, dalam serangan kali ini Sisingamangaraja XII gugur. Beliau kemudian dimakamkan di Tarutung.

g. Teuku Umar

Teuku Umar merupakan salah satu pejuang dari Aceh. Beliau bersama istrinya Cut Nyak Dien, dan teman-temannya, yaitu Panglima Polim dan Teuku Cik Ditiro memimpin rakyat Aceh untuk melawan Belanda. Perang Aceh berlangsung dari 1873–1903. Belanda sangat kesulitan mematahkan serangan rakyat Aceh karena rakyat aceh sangat gigih berjuang untuk mengusir Belanda. Karena itu Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk menyelidiki kelemahan masyarakat Aceh. Berdasarkan hasil penyelidikan tersebut Belanda kemudian menggunakan siasat adu domba, caranya dengan memerangi para ulama dan mendekati para ketua adat dan kaum bangsawan. Cara tersebut ternyata berhasil dan Perang Aceh dapat dihentikan.

Tes Kemampuan
Kerjakan soal-soal berikut ini!

1. Mengapa banyak pedagang dari Eropa yang datang ke Indonesia?
2. Sebutkan hak-hak istimewa yang dimiliki oleh VOC!
3. Pada masa siapakah sistem tanam paksa diberlakukan?
4. Kapankah terjadi perang Diponegoro?
5. Siapakah yang memimpin Perang Banjar?