Cara Menyimpulkan Isi Bacaan

Menyimpulkan Isi Bacaan - Pada pembahasan materi bahasa indonesia kali ini akan membahas mengenai cara menyimpulkan isi bacaan sehingga nantinya sobat dapat mengukur kecepatan membaca untuk diri sendiri dan teman serta dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Kamu pun dapat menyimpulkan isi bacaan itu dengan tepat, untuk lebih jelasnya dapat sobat simak dalam penjelasan singkat berikut ini!

Cara menyimpulkan isi bacaan

Membaca yang baik adalah membaca dengan waktu secepat-cepatnya dan disertai dengan pemahaman yang tinggi. Kecepatan ideal membaca untuk orang seusiamu sekitar 250 kata per menit dengan tingkat pemahaman 75%.

Dengan demikian, apabila bacaan yang kamu baca itu terdiri atas 500 kata, bacaan tersebut harus kamu selesaikan dalam waktu selambat-lambatnya dua menit dan kamu harus menjawab benar tujuh soal dari sepuluh soal yang tersedia.
Cara Menyimpulkan Isi Bacaan
Cara Menyimpulkan Isi Bacaan

Membaca cepat dilakukan dengan melihat bagian-bagian penting dari bacaan itu. Dalam membaca cepat, tidak semua bagian bacaan perlu kamu baca. Bagian-bagian yang tidak diperlukan ataupun yang sudah dipahami isinya, abaikan saja. Setelah kegiatan itu, kamu diharapkan dapat menyimpulkannya dengan baik.

Sebagai contoh, perhatikan teks di bawah ini!
Bermula dari obrolan sesama kawan penggemar buku, lantas berkembang menjadi toko buku. Itulah kilasan kisah berdirinya Tobucil, Bandung. Perjalanan memang tidak semudah yang terbayangkan.
Bahkan, bisa jadi para pendirinya pun semenjak semula sama sekalibelum terlintas ide pendirian toko buku yang tergolong unik ini.

Semua hal yang besar berawal dari yang kecil," tutur Tarlen Handayani, pendiri sekaligus pemilik Toko Buku Kecil (Tobucil). Ia menuturkan, di tahun 1999 sekelompok anak muda yang gemar membaca sepakat mendirikan klub baca. Secara rutin mereka berkeliling dari satu rumah rekan ke rumah rekan lainnya untuk membahas cerpen dan berbagai buku yang dianggap menarik. Tahun 2002, sejalan dengan pendirian toko buku, ajang diskusi buku pun semakin gencar dilakukan.
Kini Tobucil selain menjajakan buku-buku titipan penerbit, ia juga menjadi wadah beragam kalangan, para penggemar buku di Kota Bandung, untuk mendiskusikan berbagai buku.
Sumber: Kompas, 19 Maret 2004.

Kata-kata yang bergaris bawah pada bacaan di atas merupakan kata-kata yang dibaca dan kata-kata lainnya diabaikan. Kata-kata yang bergaris bawah dianggap memberikan informasi penting dibandingkan dengan yang lainnya.

Dari kata-kata itu, kamu dapat membuat kesimpulan-kesimpulan seperti berikut.
1. Sesuatu yang besar berawal dari proses yang semula kecil dan sederhana.
2. Dari suatu diskusi, akan lahir ide kreatif yang dapat mewadahi kepentingan bersama.

Belajar membaca cepat:
Teks di bawah ini terdiri atas 1.028 kata. Ukurlah kecepatan membacamu untuk teks tersebut. Usahakanlah kecepatan membacamu selambat-lambatnya empat menit. Kemudian jawablah pertanyaan-pertanyaan yang ada di bawahnya!

Memberdayakan Anggota melalui Klub Buku
Bermula dari obrolan sesama kawan penggemar buku, lantas berkembang menjadi toko buku. Itulah kilasan kisah berdirinya Tobucil, Bandung. Perjalanan memang tidak semudah yang terbayangkan.

Bahkan, boleh jadi para pendirinya pun semula sama sekali belum terlintas ide pendirian toko buku yang tergolong unik ini. "Semua hal yang besar berawal dari yang kecil," tutur Tarlen Handayani, pendiri sekaligus pemilik Toko Buku Kecil (Tobucil). Ia menuturkan, di tahun 1999 sekelompok anak muda yang gemar membaca sepakat mendirikan klub baca. Secara rutin mereka berkeliling dari satu rumah rekan ke rumah rekan lainnya untuk membahas cerpen dan berbagai buku yang dianggap menarik. Tahun 2002, sejalan dengan pendirian toko buku, ajang diskusi buku pun semakin gencar dilakukan.

Kini Tobucil selain menjajakan buku-buku titipan penerbit, ia juga menjadi wadah beragam kalangan, para penggemar buku di kota Bandung, untuk mendiskusikan berbagai buku.

Jika Tobucil menjadi wadah bagi para penggemar buku, di berbagai daerah pun tengah diramaikan oleh munculnya para penggemar buku yang mengikatkan diri dalam satu kelompok pencinta buku.

Menariknya, kegiatan tidak hanya berhenti pada baris-baris akhir buku yang didiskusikan, tetapi beranjak pada langkah-langkah konkret yang sarat dengan kreativitas. Tidak hanya berupaya menjadi toko buku sebagaimana yang terjadi pada Tobucil, tidak jarang pula kelompok-kelompok semacam ini pun bermetamorfosis menjadi penerbit buku, atau setidaknya menjadi dapur bagi para penulis dan editor buku.

Pengalaman Paguyuban Karl May Indonesia (PKMI) dapat dijadikan contoh. Tidak hanya menampung para penggemar buku Karl May, kelompok ini pun berupaya melepaskan diri dari ketergantungan penerbit dengan cara bersama anggota menerbitkan buku-buku karya Karl May. Demikian pula sebagian kisah sukses kelompok diskusi di berbagai kota yang tidak hanya melahirkan para penulis muda, tetapi juga berupaya memasuki dunia industri penerbitan buku melalui keahlian yang mereka bentuk sejak masuk dalam komunitas.

Sejalan dengan hal ini, tampaknya buku tidak lagi sekadar barang bacaan sebagai pemenuh kebutuhan manusia akan informasi. Ia pun dikonsumsi tidak hanya sebagai penghibur manusia di kala senggang. Kini buku pun sanggup menyatukan para pembacanya dalam satu wadah, yang bisa jadi wadah tersebut memiliki fungsi yang lebih luas dari sekadar pemenuh kebutuhan pembaca akan hiburan dan informasi.

Kondisi seperti inilah yang mulai menggejala, seiring dengan keberadaan klub-klub buku di Tanah Air ini. Sekalipun tampak beragam, apabila dipetakan dari segi pembentukannya, klub buku sebenarnya dapat dibedakan menjadi dua jenis. Pertama, klub buku yang terbentuk oleh lembaga-lembaga yang berkecimpung dalam dunia perbukuan, seperti penerbit atau toko buku.

Kedua, klub buku yang terbentuk oleh para pencinta ataupun penggemar buku. Sekalipun buku menjadi dasar pijakan kedua jenis komunitas dalam beraktivitas, dalam kenyataannya orientasi keberadaan, dinamika kelompok, dan perjalanan kelembagaan yang terjadi pada kedua kelompok tersebut berbeda.

Terkait dengan klub buku yang dibentuk oleh para penerbit, misalnya, biasanya tujuan dari pembentukan klub buku semacam ini berorientasi pada misi kelembagaan tersebut. Bagian terbesar penerbit, misalnya, lebih berorientasi pada pencarian keuntungan sebagaimana layaknya badan usaha. Bagi kalangan ini, pembentukan klub-klub buku tidak lepas dari bagian pelayanan mereka terhadap para pelanggannya.

Dalam wajah lain, keberadaan klub-klub buku semacam ini menjadi jembatan komunikasi antara penerbit dan para pembeli ataupun pelanggannya.

Dari berbagai klub buku yang dibentuk oleh para penerbit, selain membakukan keanggotaan yang lebih bersifat formal, ciri lain yang tampak adalah pembentukan klub buku selalu diawali oleh upaya agresif penerbit untuk mencari dan mengikat para pelanggannya itu. Baik Penerbit Gramedia maupun Mizan, misalnya, pembentukan klub buku diawali oleh penelusuran terhadap identitas dan domisili para pelanggan ataupun pembeli buku terbitan mereka. Langkah yang dilakukan melalui penyebaran angket, dan dari hasil angket itulah langkah-langkah menjaring dan mempertahankan loyalitas konsumen dilakukan.
Sumber: Kompas, 19 Maret 2005.

Pertanyaan-pertanyaan
1. Apakah upaya yang dilakukan PKMI?
2. Dari segi pembentukannya, klub buku terbagi ke dalam jenis apa saja?
3. Siapakah pendiri Tobucil?
4. Bagaimanakah latar belakang berdirinya Tobucil?
5. Bagaimanakah peranan buku pada masa sekarang?

Kemampuan membaca cepat yang dimiliki seseorang tidaklah semata-mata mengukur berapa banyak kata yang dibacanya dalam setiap menit, tetapi juga harus dilihat berapa persen pemahaman orang tersebut terhadap isi bacaan.

Cara mengukur kemampuan membaca cepat ialah jumlah kata yang dapat dibaca per menit dikalikan dengan persentase pemahaman isi bacaan. Biasanyanya dirumuskan dengan Kemampuan Membaca per Menit (KPM). Perhatikanlah pola berikut.


Satuan pengukur kemampuan membaca seseorang dinyatakan dalam satuan kata per menit (KPM).

Contoh menghitung kecepatan membaca teks atau naskah:
Sebuah teks bacaan yang jumlah katanya sebanyak 200 kata mampu dibaca seorang siswa selama 2 menit dan dia menjawab pertanyaan tentang bacaan itu sebanyak 20%, maka kemampuan membaca siswa itu dihitung sebagai berikut.



Dengan demikian, kemampuan membaca yang dimiliki siswa tersebut adalah 20 KPM.

Membaca yang baik adalah membaca dengan waktu secepat-cepatnya dan disertai dengan pemahaman yang tinggi. Kecepatan ideal membaca untuk orang seusiamu sekitar 250 kata per menit dengan tingkat pemahaman 75%.

Sekian pembahasan materi mengenai Cara Menyimpulkan Isi Bacaan dan juga contoh cara mengitung seberapa cepat sobat dalam membaca naskah dan menjawab soal, sehingga nantinya dapat dihitung dengan rumus kemampuan membaca sobat, selamat belajar!