Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Peran Indonesia

Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Peran Indonesia

1. Latar Belakang Konferensi Asia Afrika (KAA)

KAA diawali dengan Konferensi Kolombo di Sri Lanka yang diprakarsai oleh Sir John Kotelawala. Berikut ini beberapa latar belakang dan dasar pertimbangan terselenggaranya KAA.
  • Perubahan politik pada tahun 1950-an yaitu berakhirnya Perang Korea (1953). Akibat Perang Korea, semenanjung terbagi menjadi dua negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Peristiwa ini semakin menambah ketegangan dunia.
  • PBB sudah ada forum konsultasi dan dialog antarnegara yang baru merdeka, tetapi di luar PBB belum ada forum yang menjembatani dialog antarnegara tersebut.
  • Persamaan nasib bangsa-bangsa di Asia dan Afrika, terutama pernah mengalami penjajahan.
  • Persamaan masalah sebagai negara yang masih terbelakang dan berkembang.
  • Ingin menggalang kekuatan negara-negara Asia Afrika agar mendukung perjuangan merebut Irian Barat.
  • Memiliki kedekatan yang kuat karena dihubungkan oleh faktor keturunan, agama, dan latar belakang sejarah.
  • Berdasarkan letak geografisnya, letak negara-negara Asia dan Afrika saling berdekatan.
   Jendela Info       KAA merupakan embrio bagi hubungan yang kuat antara Indonesia dan Mesir, khususnya hubungan pribadi Presiden Soekarno, dan Presiden Gamal Abdul Nasser. Dalam KAA tersebut, Soekarno dan Nasser ibarat meletakkan fondasi hubungan pribadi dan institusional.

2. Pelaksanaan KAA

Sebelum dilaksanakan KAA di Bandung tahun 1955, terlebih dahulu dilaksanakan Konferensi Kolombo yang kemudian dilanjutkan dengan Konferensi Bogor.
[Image]
Pelaksanaan KAA yang dihadiri oleh 29 negara. Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Peran Indonesia

Pelaksanaan Konferensi Kolombo dan Konferensi Bogor
  Konferensi Kolombo 
Waktu dan Tempat Pelaksanaan: Tanggal 28 April - 2 Mei 1954 di Kolombo, Sri Lanka.
Dihadiri oleh lima pemimpin negara yaitu:
- PM. U Nu dari Birma
- PM. Mohammad Ali Jinnah dari Pakistan
- PM. Jawaharlal Nehru dari India
- PM. Sir John Kotelawala dari Sri Lanka
- PM. Ali Sastroamijoyo dari Indonesia
Dihadiri oleh lima negara yang hadir dalam Konferensi Kolombo.

Hasil Konferensi Kolombo
  • Menyetujui pelaksanaan Konferensi Asia Afrika dan memberikan tugas kepada Indonesia untuk mempelajari dan menyiapkan pelaksanaan konferensi tersebut.
  Konferensi Bogor 
Waktu dan Tempat Pelaksanaan: Tanggal 28 - 29 Desember 1954 di Bogor, Indonesia.

Hasil Konferensi Bogor
  • Mengadakan Konferensi Asia Afrika di Bandung dalam bulan April 1955.
  • Menetapkan kelima negara peserta Konferensi Bogor sebagai negara sponsor/pengundang.
  • Menetapkan 25 negara Asia Afrika yang akan diundang. - Menetapkan tujuan pokok Konferensi Asia Afrika (KAA).
Konferensi Asia Afrika dilaksanakan di Bandung pada tanggal 18 - 24 April 1955. Pelaksanaan KAA dibuka oleh Presiden Soekarno. Penyelenggaraan KAA mempunyai tujuan berikut.
  • Mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antarbangsa Asia Afrika meningkatkan persahabatan.
  • Membicarakan dan mengatasi masalah-masalah sosial, ekonomi, dan kebudayaan.
  • Memerhatikan masalah khusus terkait dengan kedaulatan, kolonialisme, dan imperialisme.
  • Memerhatikan posisi dan partisipasi Asia Afrika dan bangsa-bangsa dalam dunia internasional.
   Jendela Info     Tempat penyelenggaraan KAA ditetapkan di Bandung mengingat pada waktu yang hampir bersamaan di Ibukota Jakarta sedang menjadi pusat kegiatan menjelang pelaksana-an Pemilu tahun 1955.

Konferensi Asia Afrika dihadiri oleh 29 negara termasuk 5 negara pengundang. Ke-24 negara yang diundang adalah 18 negara Asia dan 6 negara Afrika. Negara-negara Asia yang hadir yaitu Filipina, Thailand, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Laos, Turki, Jepang, Yordania, Kamboja, Nepal, Lebanon, RRC, Afghanistan, Iran, Irak, Syria, Saudi Arabia, dan Yaman. Sedang 6 negara Afrika yang hadir adalah Mesir, Sudan, Ethiopia, Libya, Liberia, dan Ghana. Rhodesia (Afrika Tengah) pada awalnya diundang, namun karena sedang ada kemelut politik dalam negeri maka tidak bisa hadir. Dari negara-negara yang diundang tersebut muncul tiga golongan berikut.
  1. Golongan prokomunis, yaitu RRC dan Vietnam Utara.
  2. Golongan pro-Barat, yaitu Filipina, Thailand, Pakistan, Irak, dan Turki.
  3. Golongan netral, yaitu India, Birma, Sri Lanka, dan Indonesia.
Hasil dan keputusan yang dicapai dalam KAA, antara lain kerja sama bidang ekonomi, kebudayaan, hak asasi manusia dan hak menentukan nasib sendiri, serta memajukan perdamaian dunia.

    Jendela Info      Masalah yang menjadi agenda utama dalam KAA antara lain masalah kolonialisme dan imperialisme seperti Belanda di Indonesia (masalah Irian Barat), Prancis di Maroko, Aljazair, Tunisia, serta persenjataan nuklir.

Hasil KAA yang paling mendasar adalah Dasasila Bandung. Berikut ini isi dari Dasasila Bandung.

Dasasila Bandung 
  • Menghormati hak asasi manusia seperti yang tercantum dalam Piagam PBB.
  • Menghormati kedaulatan dan integritas teritorial semua bangsa.
  • Mengakui persamaan semua bangsa, baik besar maupun kecil.
  • Tidak melakukan campur tangan terhadap urusan dalam negeri negara lain.
  • Menghormati hak setiap bangsa untuk mempertahankan diri, baik secara sendiri maupun kolektif sesuai piagam PBB.
  • Tidak melakukan tekanan terhadap negara lain.
  • Tidak melakukan tindakan atau agresi terhadap keutuhan wilayah dan kemerdekaan negara lain.
  • Menyelesaikan perselisihan internasional dengan jalan damai sesuai Piagam PBB.
  • Memajukan kerja sama untuk kepentingan bersama.
  • Menghormati hukum dan kewajiban internasional.
Melalui Dasasila Bandung juga diperjuangkan perdamaian dunia dengan meredakan ketegangan internasional akibat Perang Dingin. Hasil dari KAA ini akan mengilhami lahirnya Gerakan Nonblok, Indonesia merupakan salah satu pelopornya.

3. Peran Indonesia dalam KAA

Terlaksananya KAA tidak bisa lepas dari peran Indonesia. Di samping sebagai salah satu pelopor dan pemrakarsa KAA, Indonesia menyediakan diri sebagai tempat penyelenggaraan KAA. Hal ini membuktikan prestasi Kabinet Ali Sastroamijoyo yang berhasil menyelenggarakan suatu kegiatan yang bersifat internasional.

4. Arti Penting KAA

KAA berpengaruh sangat besar dalam upaya menciptakan perdamaian dunia dan mengakhiri penjajahan di seluruh dunia secara damai, khususnya di Asia dan Afrika. Semangat KAA untuk tidak berpihak pada blok Barat maupun blok Timur telah mendorong lahirnya Gerakan Nonblok. Dengan demikian ketegangan dunia dapat diredam.

   Jendela Info       Bangsa-bangsa di Asia Afrika yang merdeka sesudah diadakannya KAA antara lain Maroko, Tunisia, Sudan (1956), Ghana (1957), Guyana (1958), Mauritania, Moli, Niger, Togo, Dahomei, Chad, Senegal, dan Pantai Gading (1960).

Bagi Indonesia, KAA memberikan dua keuntungan. Pertama pemerintah Indonesia berhasil mencapai kesepakatan mengenai masalah RRC dwikewarganegaraan. Usai konferensi, mereka yang memiliki dwikewarganegaraan diharuskan memilih menjadi warga negara Indonesia atau warga negara RRC. Kedua, RI mendapat dukungan dalam perjuangan pengembalian Irian Barat.

Berikut ini makna dan arti penting terselenggaranya KAA.
  • Merupakan pendorong kemerdekaan bangsa-bangsa Asia – Afrika untuk lepas dari cengkeraman imperialisme dan kolonialisme Barat.
  • Menjadi pendorong lahirnya Gerakan Nonblok.
  • Merupakan pencetus semangat solidaritas dan kebangkitan negara Asia Afrika dalam menggalang persatuan.
  • Memberikan harapan baru bagi bangsa-bangsa yang sudah maupun belum merdeka.
  • Mulai diikutinya politik luar negeri bebas dan aktif yang dijalankan oleh Indonesia, India, Myanmar, dan Sri Lanka.
  • Kembali bangkit dan sadarnya bangsa-bangsa Asia dan Afrika akan potensi yang dimiliki.
  • Diakuinya nilai-nilai Dasasila Bandung oleh negara-negara maju karena terbukti memiliki kemampuan dalam meredakan ketegangan dunia.
  • Mulai dihapuskannya praktik-praktik politik diskriminasi ras oleh negara-negara maju.
Sekian pembahasan mengenai Konferensi Asia Afrika (KAA) dan Peran Indonesia juga mengenai Latar Belakang Konferensi Asia Afrika (KAA), Pelaksanaan KAA, Peran Indonesia dalam KAA dan Arti Penting KAA bagi Indonesia dan Dunia, semoga bermanfaat.